Anggar adalah seni budaya olahraga ketangkasan dengan
senjata yang menekankan pada teknik kemampuan seperti memotong, menusuk atau
menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan
kelincahan tangan. Dalam artian lebih spesifik, anggaran adalah satu satu
cabang olahraga yang diajarkan di sekolah - sekolah Eropa pada masa lalu dalam
melatih keahlian dalam menggunakan senjata tajam yang akhirnya menjadi salah satu
olahraga resmi di Olimpiade.
Etimologi kata "anggar" dalam bahasa Indonesia
berasal dari Bahasa Perancis "en garde", artinya dalam Bahasa
Indonesia berarti "bersiap". Kata "en garde" digunakan
sebelum permainan anggar dimulai, untuk memberi perintah "bersiap"
kepada pemain. Dalam bahasa Perancis sendiri anggar disebut sebagai escrime.
Walaupun kita menganggap anggar sebagai permainan yang menghibur, sebagai
senjata, sebagai sarana pendidikan atau pun olahraga, ternyata anggar mempunyai
perjalanan sejarah yang cukup panjang. Kemampuan teknis, catatan pencapaian
yang cukup panjang, di luar hal - hal tersebut adalah nilai - nilai yang
terkandung dalam permainan anggar sendiri hingga kini masih diajarkan melalui
praktik olahraga itu sendiri.
Jika sejarah mengenai anggar ditelusuri, kita akan mengacu
pada penggunaan pedang. Sejak dahulu kala, pedang diciptakan sebagai alat untuk
melindungi diri. Manusia menggunakan kekuatan dan ketangkasannya, memilih bahan
dan alat, meningkatkan ketrampilannya dengan menggunakan kepandaiannya. Semua
itu merupakan latar belakang permainan anggar.
Anggar merupakan salah satu dari sedikit olahraga yang
mengakui profesionalisme sebelum tahun 1980an. Bahkan pada peraturan -
peraturan awal Olimpiade yang ditulis oleh Baron Pierre de Coubertin (presiden
kedua dari International Olympic Committee), dengan jelas menyatakan bahwa
pemain anggar profesional yang disebut dengan Masters diperbolehkan untuk ikut
bertanding.
Anggar dipertandingkan pada ajang Olimpiade untuk pertama
kalinya pada tahun 1896. Merupakan salah satu dari sedikit cabang olahraga yang
menjadi program tetap dalam pelaksanaan Olimpiade.
Nomor-nomor dalam
anggar
Sasaran foil menurut standar internasional, yaitu torso dan
bagian bawah pelindung muka 1,5-2 cm di bawah dagu.
Line, yaitu pembagian posisi tubuh pemain anggar
Posisi menyerang di sebelah kanan, menunjukkan jangkauan
yang didapatkan pemain anggar dibandingkan dengan posisi en garde.
Anggar yang dipertandingkan pada olimpiade memainkan tiga
nomor, yang dinamakan berdasarkan senjatanya:
Floret (foil): Pedang yang berbentuk langsing, lentur dan
ringan, ujungnya datar atau bulat, tumpul dan berpegas. Bila ditusukkan dapat
naik/turun, beratny 500 gram (5 ons). Pelindung tangan yang terdapat pada
floret lebih kecil dibandingkan dengan Degen dan Sabel. Ujungnya untuk menusuk
dan bagian bawah pedang untuk menangkis dan menekan.[2]
Sabel (sabre): Pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya
tidak tajam, seperti parang kecil, semakin keatas semakin pipih dan ujungnya
ditekuk hingga tidak meruncing, beratnya 500 gram. Pelindungan penuh menutupi
tangan sampai pangkal tangkai. Bagian atas pedang untuk memarang dan bagian
bawah untuk menangkis, serta ujungnya untuk menusuk.[2]
Degen (epée): Pedang berbentuk segitiga dan berparit, pada
pangkalnya tebal dan samping keujung kecil, agak kaku. Ujungnya datar dan
berpegas dengan pelindung tangan besar, beratnya 750-770 gram. Bagian bawah
pedang untuk menangkis dan ujungnya untuk menusuk.[2]
Cara Bermain
Tiga jenis senjata yang digunakan cabang anggar dalam ajang
Olimpiade: foil, epee dan sabre. Dimainkan di arena seluas 14×1,5 meter.
Dilengkapi dengan kabel dan kostum khusus, para pemain dihubungkan dengan
sistem penilaian elektronik yang akan bereaksi jika terkena tusukan. Dalam
setiap pertandingan digunakan sistem eleminasi langsung. Sebuah tim akan
terdiri dari 3 pemain dan masing - masing akan berduel dengan anggota tim
lawan. [1]
Lapangan/Area
Arena anggar biasanya dalam ruangan tertutup, panjangnya 12
meter dan lebarnya 2 meter. Ditutupi linolium (gabus) dan dilengkapi peralatan
elektronik untuk mengetahui terjadinya poin. [2]
Pakaian
Pakaian dan peralatan anggar: (1) jaket, (2) sarung tangan,
(3) kabel badan, (4) Épée, (5) celana, (6) masker, (7) plastron (pelindung
ketiak).
Pakaian terdiri dari:
Masker (Pelindung Muka).
Sarung Tangan.
Baju Jaket terbuat dari bahan yang kuat dan berwarna putih.
Untuk pemain Epee atau Poil, baju pemain terbuat dari
metal.[2]
Wasit
Setiap wasit yang memimpin pertandingan, dapat menjatuhkan
sanksi (hukuman) pada atlet, apabila melakukan pelanggaran yang ditentukan.
Pelanggaran pertama, wasit mengeluarkan kartu kuning. Pelanggaran kedua, wasit
mengeluarkan kartu merah. Pelanggaran ketiga, wasit mengeluarkan kartu hitam,
(pelanggaran berat, atlet diskor dari pertandingan).[2]
Kelas dalam Anggar
Putra:
épée perorangan
épée tim
foil perorangan
sabre perorangan
sabre tim
Putri:
épée perorangan
foil perorangan
foil tim
sabre perorangan
sabre tim [1]
Sejarah Masuknya Anggar ke Indonesia
Anggar
Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, para tentara
Kerajaan Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat
itu terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan olahraga.
Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi
setiap tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau
sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi para bintara,
perwira, serta mahasiswa.
Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunya keahlian
bermain anggar pada waktu itu antara lain adalah Drh.Singgih, Soeparman,
Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey, Suratman,
Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar maupun
olahraga lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah olahraga
militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru renang,
dan guru olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut didirikan di
Bandung dan Magelang.
Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang masuk
tentang perkembangan olahraga anggar di Indonesia. Dalam masa perang
kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur militer
Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta. Mereka
mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun berkelahi dengan
menggunakan sangkur.
Dalam Pekan Olahraga Nasional pertama yang diselenggarakan
pada tahun 1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan serta
dieksibisikan oleh para guru anggar mantan instruktur militer Belanda tersebut.
Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia,
para guru anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan olahraga anggar
dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di beberapa daerah.
Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Utara, dan di Sulawesi Selatan.
Perkumpulan anggar di ibukota kita, Jakarta, didirikan oleh
Kasimin Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Di awal tahun 1950, Kasimin
Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama dengan
puteranya yang bernama Suratmin.
Perjuangan para guru anggar yang telah merintis olahraga
anggar di tanah air selanjutnya dikembangkan oleh para penerus. Baik oleh
murid, anak, maupun cucu, sehingga pada saat ini olahraga anggar dapat terus
berkembang di berbagai provinsi di Indonesia.
Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda,
permainan anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan tinggi
olahraga. Di lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan cara
bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang.
Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai
dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional kedua yang diselenggarakan pada
tahun 1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan dalam
setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang.[3]
Perkembangan Anggar di Indonesia
Cabang anggar
Indonesia, di SEA Games 2007 Thailand hanya kebagian satu medali perunggu untuk
nomor tim floret putri setelah dalam semifinal kalah tipis dari Filipina 43-44
di Suranaree University of Technology Nakhon Ratchasima.Sementara itu medali
emas direbut tim Singapura yang mengalahkan tim Filipina dengan 37-25 yang
berhak atas medali perak.Hingga berakhirnya pertandingan cabang anggar, Selasa
(11/12), Indonesia tidak mampu meraih medali emas, dan hanya mengoleksi dua
medali perak dari nomor floret perorangan putri atas nama Fabiola Tirza Paulany
Ratu dan tim degen putri.Selebihnya empat medali perunggu dihasilkan dari degen
perorangan putra atas nama Agustinus Pieter Manuhutu, degen perorangan putri
Isnawaty Sir Idar, dan dua dari tim floret putra dan putri.
Pengurus Besar
Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) memanggil dua atlet nasional untuk
mengikuti Kejuraan Dunia Anggar Kadet dan Junior 2010 di Baku, Rusia, pada 1-14
April. Ia mengatakan atlet Kaltim yang dipanggil ialah Ima Safitri, sedangkan
dari DKI Jakarta ada Aditya Baskara. Aditya Baskara yang akan bermain di
senjata floret putra kadet, sedangkan Ima Safi tri akan bermain di nomor
senjata sabel kadet.
0 komentar:
Posting Komentar